Jumat, 30 September 2016

PLTSa Butuh Banyak Plastik, Bagaimana Upaya Daur-ulang Bank Sampah & Indistri?





PLTSa Butuh Banyak Plastik, Bagaimana Upaya Daur-ulang Bank Sampah & Indistri?


rangkuman Riza V. Tjahjadi
biotani@gmail.com
biotani2001@yahoo.com
Walhi Jakarta/ Biotani Bahari Indonesia




Pembangkit Listrik Sampah berTekno Termal Bakal Kurangi Pendapatan Daur-Ulang Plastik Bank Sampah?
Atau... Impor biji plastik bakal meningkat?





Kumpulan sampah plastik di bank-bank sampah dan industri daur-u;ang plastik bakal tergerus perolehannya jikalau pembangkit listrik bertenaga sampah (PLTSa) dengan teknologi termal (insinerasi) digenjot pengadaannya oleh pemerintah di Nusantara ini.
Kenapa?
Karena plastik adalah materi yang paling tinggi nilai panasnya, dibandingkan sampah lainnya.
Kapankah?
Saat ini belum banyak. Karena hanya tujuh yang diujicoba pembangunannya di Indonesia melalui Perpres 18 Tahun 2016.

Tengoklah Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya dan Kota
Makassar




ilustrasi saja karena model Indonesia masih belum jelas




Dalam seminar Penyelenggaraan Pengembangan Teknologi Termal untuk Sampah Sistem Pengelolaan Perkotaan Berbasis Teknologi Termal di Indonesia oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, 22-23 September 2016 Prof Enri Damanhuri dari FTSL ITB mengungkapkan

Teknologi Termal untuk Sampah Waste-to-Enegy (WtE) di Indonesia
• Sudah lama dikenal di Indonesia, namun karena belum pernah dibangun dan dioperasikan, Indonesia belum
mempunyai pengalaman dan kemampuan sendiri untuk mengembangkan teknologi tersebut dalam
kapasitas besar.
• Peraturan Presiden No. 18/2016 tentang percepatan pembangunan WtE untuk 7 kota di Indonesia (mulai
tahun 2018), mudah-mudahan akan mempercepat kemampuan Indonesia mengembangkan dan mengoperasikan teknologi modern dalam pengolahan
sampah.



ilustrasi saja karena model Indonesia masih belum jelas





Prof Enri Damanhuri menambahkan Fortum (Finlandia):
• berminat membangun PLTSa kisaran senilai USD 120-200-juta
• Mampu menghasilkan: 20 MW/1.000 ton
• Waktu pembangunan 2,5-3 tahun



Sampah BUKAN Batu Bara (1)
• Sampah kota:
– biasa diolah melalui teknologi termal (insinerasi),
– produk samping: uap panas yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin listrik.
• Bila sasarannya pengolahan sampah: teknologi insinerasiyang paling tuntas memusnahkan sampah dalam waktu
singkat
• Bila sasaran (tambahan) energi listrik: HARUS cukup jelas potensinya.
• Energi listrik dari WtE di Indonesia:
– Bagian dari skenario pencapaian target 35.000 MW
– Bagian dari income operator yang mempengaruhi penentuan tipping-fee.

Sampah BUKAN Batu Bara (2)
Batu bara:
• Nilai kalor: relatif seragam
• Potensi power: 80-85 MWe/1.000 ton
• Teknologi PLTU: sudah biasa diterapkan di Indonesia
• Lingkungan:
– Pencemaran udara: OK
– Penanganan abu fly ash: masih silang pendapat, walau sudah ada PP101/2014

Sampah:
• Nilai kalor: sangat bervariasi dan berfluktuasi
• Potensi power: rentang 7,5 Mwe sampai 30 Mwe per 1.000 ton
• Teknologi WtE Insinerasi: belum pernah diterapkan
• Lingkungan: instalasi kontroversial nomor 2 di dunia yang paling disorot setelah PLT-Nuklir, khususnya pencemaran udara

Potensi Enersi (1)
Variable utama:
• Nilai kalor (heating value, calorific value): Btu/lb,KJ/kg, Kkal/kg,….
– High heating value (HV): diukur di Laboratorium
– Low heating value (LHV): dihitung, utamanya karena kandungan air, kandungan hidrogen, kadar abu
• Kandungan air:
– Air yang dikandung (= kadar air)
– Air yang ‘terperangkap’ diantara tumpukan sampah (tidak dijumpai pada penyimpanan batu-bara)
– Tambah tinggi, tambah mengurangi potensi enersi
• Kadar abu: sisa pembakaran
– Tambah tinggi, tambah mengurangi potensi panas
– bila tanpa pengendali pencemarana yang baik, semua logam berat terbang ke udara


Potensi Enersi (2)
Sampah kota:
• Tersusun dari komponen sampah dengan potensi enersi sangat bervariasi, nilai kalor bervariasi:
– Bila plastik: 11.000 kkal/kg
– Bila siasa makanan: 4.000 kkal/kg
• Komponen sampah keberadaan dan porsinya bervariasi tergantung kapan diambil, berasal dari lokasi mana, sedang ada kegiatan apa, sedang musim buah apa, dsb ……………………..
• Kandungan airnya sangat bervariasi tergantung dari jenis
komponennya apa, wadah penyimpanan dan pengangkutannya ditutup atau tidak, sedang hujan atau tidak, ……….
• Bila diprediksi potensinya 20 MWe/1.000 ton, lalu kenyataannya hanya 8 MWe/1.000 ton ? terbayang betapa ‘kecewa berat’ fihak yang terkait.


Potensi Enersi (3)
PRESENTASI OLEH TEAM DARI JEPANG 22-9-2016
1) HITZ di Surabaya:
Calorific LHV = 1.500 kkal/ kg
Potensi: 7.8 Mwe/ 600 ton = 13 Mwe/1.000 ton (realistis)

2) JFE Bali
Kadar air 51%  ------------------->   Bila 70%
Calorific LHV = 1,800 kkal/kg ----> Maka 885 kkal/kg
Potensi: 17.4 Mwe/ 1.000 ton = 9Mwe/1.000 ton (realistis)

Bila potensinya 20  Mwe/ 1.000 ton. lalu kenyataannya hanya
10 Mwe/1.000 ton ---> terbayang betapa‘berat kecewa‘ fihak terkait.

Potensi Enersi (4)
• Amerika Serikat: teknologi WtE digunakan untuk memproses ±95.000 ton sampah perhari (17% dari total sampah)
menghasilkan sekitar 2.500 MW listrik (Brien, 2007).
• Sampah negara industri: bisa sebesar 25 MWe/1.000 ton sampah akan dapat dicapai
• Sampah Indonesia mempunyai nilai kalor (LHV) hanya sekitar 1.000 kkal/kg (kadar air yang cukup tinggi, apalagi bila kertas dan plastik dikeluarkan untuk didaur-ulang. Perhitungan moderat potensinya hanya sekitar 10 MW/1.000 ton sampah (atau bahkan kurang).


Penerapan Teknologi Insinerasi WtE
• Di Jepang, Taiwan, dan Singapura: contoh sukses penggunaan teknologi ini.
• Di India: teknologi ini mengalami kegagalan untuk berlanjut, antara lain karena:
– Karakteristik sampah yang kurang mendukung.
– ketidak mampuan mambayar/membiayai biaya operasi yang lengkap, karena pendapatan dari jasa sarana ini tidak cukup untuk membayar pinjaman modal pembangunannya, dan biaya operasi-pemeliharaan;
– kegagalan operasi dan pemeliharaan, termasuk tidak
tersedianya pekerja yang terlatih;
– kelemahan dalam sistem manajemen;
– pengaturan aspek institusi yang belum memadai.


Tetapi kalau terus-menerus wacana, kapan lagi Indonesia ‘bebas’ sampah dan mempunyai kesempatan menerapkan dan mempunyai pengalaman teknologi yang ‘canggih’
• Yang penting jangan ‘mengharap’ terlalu berlebihan pada energi yang dihasilkan
• Jangan lupa, prioritas pengendalian pencemaran udara. Indonesia belum punya teknologinya.

Nah... Jangan biarkan pemangunan PLTSa berteknologi termal dibangun tanpa kita kritisi dari setiap aspeknya.




--o0o---

baca juga

Empat Calon Investor Tertarik Bangun ITF
25th Juli 2016

JAKARTA- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta segera membangun pengolahan sampah terpadu atau Intermediate Treatment Facility (ITF) di sejumlah tempat. Kawasan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang juga rencananya menjadi salah satu lokasi dibangunnya ITF.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, saat ini sudah ada empat calon investor yang siap mengajukan diri melakukan pembangunan ITF. Studi kelayakannya pun tengah dilakukan agar pembangunan bisa cepat dilakukan.

“Kami sedang siapkan tenaga ahlinya, baik pakar lingkungan, persampahan, kelistrikan dan lainnya dalam melakukan kajian,” ujar Isnawa, kemarin.

Dikatakan Isnawa, kawasan TPST Bantar Gebang sendiri mempunyai gas metan yang bisa dihasilkan menjadi tenaga listrik. Dari rencana pembangunan 18 watt saat ini baru terealisasi 1 watt saja sehingga harus dioptimalkan.

“Memang pembangunan ITF juga nantinya akan dilakukan di Jakarta. Kami harap bisa segera dibangun untuk mengurangi sampah dari hulunya,” tandasnya.

Kepulauan Seribu

Selain itu, Dinas Kebersihan DKI Jakarta berencana ‎akan mempercepat pembangunan ITF di 10 pulau permukiman di Kepulauan Seribu. Ditargetkan, kesepuluh ITF sudah beroperasi secara maksimal mulai tahun 2017.

“Masih tahap perencanaan. Ini memang kapasitasnya kecil saja, sehari sekitar 4 sampai 6 ton saja,” ujar Ali Maulana Hakim, Wakil Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, kemarin .

Menurutnya, keberadaan ITF sudah cukup untuk menangani sampah di Pulau Seribu. Nantinya petugas hanya mengangkut sisa residu pembakaran saja untuk dibuang ke Bantargebang.

“Untuk kawasan pulau itu sampah sehari sekitar 20,1 ton. Jadi kalau ada ITF masing pulau sangat bermanfaat,” katanya.
‎‎
Saat ini pengadaan alat ITF sudah ada masuk kedalam e-katalog. Hanya pembangunan sarana lainnya yang belum ada dan direncanakan melalui proses lelang.”Kita harap maksimal awal tahun depan sudah bisa beroperasi. Saat ini masih terus dalam tahapan perencanaan,” tandasnya.

Sumber:beritajakarta.com

http://www.jakarta-propertindo.com/id/id/empat-calon-investor-tertarik-bangun-itf/

---




Insinerator sampah
JAKPRO: Oktober Tahun Ini “Ground Breaking” ITF
27th Juli 2016

JAKARTA – Pemprov DKI Jakarta memastikan bahwa peletakan batu pertama pembangunan Intermediate Treatment Facilities (ITF) akan dapat dilaksanakan pada tahun ini.

Satya Heragandhi Direktur Utama PT Jakarta Propertindo menyatakan bahwa pihaknya menjanjikan bisa melakukan ground breaking ITF sekitar September – Oktober.

“Ya ground breakingnya kemungkinan September – Oktober tahun ini. Tapi kami akan usahakan sudah bisa di deliver pada September,” ujarnya , kemarin.

Pihaknya, melalui anak usahanya PT Jakarta Utilitas Propertindo yang bergerak dibidang utilitas, akan membangun ITF dengan kapasitas sekitar 1000 ton per hari.

Namun demikian, pihaknya masih merahasikan lokasi pembangunan ITF tersebut dan saat ini sedang proses pematangan pemilihan teknologi yang tepat, bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Saat ini, kata Satya, sudah terdapat lebih dari 96 perusahaan yang menawarkan teknologi pembangunan ITF tersebut.

Pihaknya perlu menggandeng BPPT agar mendapatkan pendampingan yang tepat ketika memutuskan pemilihan teknologi yang akan digunakannya ke depan.

“Kita kan sudah ada MoU dengan BPPT. Nanti mulai awal Agustus ada tim kecil yang akan memilih dan memutuskan teknologi seperti apa yang tepat, kemudian akhir Agustus ti tinggal dikawinkan dengan pemilik lahan,” terangnya.

Pihaknya dan BPPT pada intinya sudah sepakat bahwa teknologi yang akan digunakan adalah yang terbaik dan bisa bertahan hingga puluhan tahun ke depan.

Pasalnya pembangunan ITF dengan teknologi yang tepat, sudah sangat urgent untuk direalisasikan, seiring semakin tingginya volume sampah DKI Jakarta yang dibuang ke TPST Bantar Gebang saat ini hingga mencapai 6.700 ton per hari.

“Salah satu untuk mengurai sampah di perkotaan, seperti DKI Jakarta adalah tidak bisa dengan sistem yang lama, jadi mau tidak mau harus dengan ITF, dan kami komitmen akan mewujudkan hal ini,” ujarnya.

Sementara, komitmen badan usaha milk daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta tersebut sejalan dengan harapan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang mengharapkan ground breaking ITF dapat direalisasikan tahun ini.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menargetkan tahun ini bisa melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama pembangunan Intermediate Treatment Facilities (ITF).

Sumber:bisnis.com
http://www.jakarta-propertindo.com/id/id/jakpro-oktober-tahun-ini-ground-breaking-itf/





---o0o---

PLTSa Butuh Banyak Plastik, Bagaimana Upaya Daur-ulang Bank Sampah & Indistri?





PLTSa Butuh Banyak Plastik, Bagaimana Upaya Daur-ulang Bank Sampah & Indistri?


rangkuman Riza V. Tjahjadi
biotani@gmail.com
biotani2001@yahoo.com
Walhi Jakarta/ Biotani Bahari Indonesia




Pembangkit Listrik Sampah berTekno Termal Bakal Kurangi Pendapatan Daur-Ulang Plastik Bank Sampah?
Atau... Impor biji plastik bakal meningkat?

Kumpulan sampah plastik di bank-bank sampah dan industri daur-u;ang plastik bakal tergerus perolehannya jikalau pembangkit listrik bertenaga sampah (PLTSa) dengan teknologi termal (insinerasi) digenjot pengadaannya oleh pemerintah di Nusantara ini.
Kenapa?
Karena plastik adalah materi yang paling tinggi nilai panasnya, dibandingkan sampah lainnya.
Kapankah?
Saat ini belum banyak. Karena hanya tujuh yang diujicoba pembangunannya di Indonesia melalui Perpres 18 Tahun 2016.

Tengoklah Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya dan Kota
Makassar




ilustrasi saja karena model Indonesia masih belum jelas




Dalam seminar Penyelenggaraan Pengembangan Teknologi Termal untuk Sampah Sistem Pengelolaan Perkotaan Berbasis Teknologi Termal di Indonesia oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, 22-23 September 2016 Prof Enri Damanhuri dari FTSL ITB mengungkapkan

Teknologi Termal untuk Sampah Waste-to-Enegy (WtE) di Indonesia
• Sudah lama dikenal di Indonesia, namun karena belum pernah dibangun dan dioperasikan, Indonesia belum
mempunyai pengalaman dan kemampuan sendiri untuk mengembangkan teknologi tersebut dalam
kapasitas besar.
• Peraturan Presiden No. 18/2016 tentang percepatan pembangunan WtE untuk 7 kota di Indonesia (mulai
tahun 2018), mudah-mudahan akan mempercepat kemampuan Indonesia mengembangkan dan mengoperasikan teknologi modern dalam pengolahan
sampah.



ilustrasi saja karena model Indonesia masih belum jelas


ik P

rof Enri Damanhuri menambahkan Fortum (Finlandia):
• berminat membangun PLTSa kisaran senilai USD 120-200-juta
• Mampu menghasilkan: 20 MW/1.000 ton
• Waktu pembangunan 2,5-3 tahun



Sampah BUKAN Batu Bara (1)
• Sampah kota:
– biasa diolah melalui teknologi termal (insinerasi),
– produk samping: uap panas yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin listrik.
• Bila sasarannya pengolahan sampah: teknologi insinerasiyang paling tuntas memusnahkan sampah dalam waktu
singkat
• Bila sasaran (tambahan) energi listrik: HARUS cukup jelas potensinya.
• Energi listrik dari WtE di Indonesia:
– Bagian dari skenario pencapaian target 35.000 MW
– Bagian dari income operator yang mempengaruhi penentuan tipping-fee.

Sampah BUKAN Batu Bara (2)
Batu bara:
• Nilai kalor: relatif seragam
• Potensi power: 80-85 MWe/1.000 ton
• Teknologi PLTU: sudah biasa diterapkan di Indonesia
• Lingkungan:
– Pencemaran udara: OK
– Penanganan abu fly ash: masih silang pendapat, walau sudah ada PP101/2014

Sampah:
• Nilai kalor: sangat bervariasi dan berfluktuasi
• Potensi power: rentang 7,5 Mwe sampai 30 Mwe per 1.000 ton
• Teknologi WtE Insinerasi: belum pernah diterapkan
• Lingkungan: instalasi kontroversial nomor 2 di dunia yang paling disorot setelah PLT-Nuklir, khususnya pencemaran udara

Potensi Enersi (1)
Variable utama:
• Nilai kalor (heating value, calorific value): Btu/lb,KJ/kg, Kkal/kg,….
– High heating value (HV): diukur di Laboratorium
– Low heating value (LHV): dihitung, utamanya karena kandungan air, kandungan hidrogen, kadar abu
• Kandungan air:
– Air yang dikandung (= kadar air)
– Air yang ‘terperangkap’ diantara tumpukan sampah (tidak dijumpai pada penyimpanan batu-bara)
– Tambah tinggi, tambah mengurangi potensi enersi
• Kadar abu: sisa pembakaran
– Tambah tinggi, tambah mengurangi potensi panas
– bila tanpa pengendali pencemarana yang baik, semua logam berat terbang ke udara


Potensi Enersi (2)
Sampah kota:
• Tersusun dari komponen sampah dengan potensi enersi sangat bervariasi, nilai kalor bervariasi:
– Bila plastik: 11.000 kkal/kg
– Bila siasa makanan: 4.000 kkal/kg
• Komponen sampah keberadaan dan porsinya bervariasi tergantung kapan diambil, berasal dari lokasi mana, sedang ada kegiatan apa, sedang musim buah apa, dsb ……………………..
• Kandungan airnya sangat bervariasi tergantung dari jenis
komponennya apa, wadah penyimpanan dan pengangkutannya ditutup atau tidak, sedang hujan atau tidak, ……….
• Bila diprediksi potensinya 20 MWe/1.000 ton, lalu kenyataannya hanya 8 MWe/1.000 ton ? terbayang betapa ‘kecewa berat’ fihak yang terkait.


Potensi Enersi (3)
PRESENTASI OLEH TEAM DARI JEPANG 22-9-2016
1) HITZ di Surabaya:
Calorific LHV = 1.500 kkal/ kg
Potensi: 7.8 Mwe/ 600 ton = 13 Mwe/1.000 ton (realistis)

2) JFE Bali
Kadar air 51%  ------------------->   Bila 70%
Calorific LHV = 1,800 kkal/kg ----> Maka 885 kkal/kg
Potensi: 17.4 Mwe/ 1.000 ton = 9Mwe/1.000 ton (realistis)

Bila potensinya 20  Mwe/ 1.000 ton. lalu kenyataannya hanya
10 Mwe/1.000 ton ---> terbayang betapa‘berat kecewa‘ fihak terkait.

Potensi Enersi (4)
• Amerika Serikat: teknologi WtE digunakan untuk memproses ±95.000 ton sampah perhari (17% dari total sampah)
menghasilkan sekitar 2.500 MW listrik (Brien, 2007).
• Sampah negara industri: bisa sebesar 25 MWe/1.000 ton sampah akan dapat dicapai
• Sampah Indonesia mempunyai nilai kalor (LHV) hanya sekitar 1.000 kkal/kg (kadar air yang cukup tinggi, apalagi bila kertas dan plastik dikeluarkan untuk didaur-ulang. Perhitungan moderat potensinya hanya sekitar 10 MW/1.000 ton sampah (atau bahkan kurang).


Penerapan Teknologi Insinerasi WtE
• Di Jepang, Taiwan, dan Singapura: contoh sukses penggunaan teknologi ini.
• Di India: teknologi ini mengalami kegagalan untuk berlanjut, antara lain karena:
– Karakteristik sampah yang kurang mendukung.
– ketidak mampuan mambayar/membiayai biaya operasi yang lengkap, karena pendapatan dari jasa sarana ini tidak cukup untuk membayar pinjaman modal pembangunannya, dan biaya operasi-pemeliharaan;
– kegagalan operasi dan pemeliharaan, termasuk tidak
tersedianya pekerja yang terlatih;
– kelemahan dalam sistem manajemen;
– pengaturan aspek institusi yang belum memadai.


Tetapi kalau terus-menerus wacana, kapan lagi Indonesia ‘bebas’ sampah dan mempunyai kesempatan menerapkan dan mempunyai pengalaman teknologi yang ‘canggih’
• Yang penting jangan ‘mengharap’ terlalu berlebihan pada energi yang dihasilkan
• Jangan lupa, prioritas pengendalian pencemaran udara. Indonesia belum punya teknologinya.

Nah... Jangan biarkan pemangunan PLTSa berteknologi termal dibangun tanpa kita kritisi dari setiap aspeknya.




--o0o---

baca juga

Empat Calon Investor Tertarik Bangun ITF
25th Juli 2016

JAKARTA- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta segera membangun pengolahan sampah terpadu atau Intermediate Treatment Facility (ITF) di sejumlah tempat. Kawasan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang juga rencananya menjadi salah satu lokasi dibangunnya ITF.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, saat ini sudah ada empat calon investor yang siap mengajukan diri melakukan pembangunan ITF. Studi kelayakannya pun tengah dilakukan agar pembangunan bisa cepat dilakukan.

“Kami sedang siapkan tenaga ahlinya, baik pakar lingkungan, persampahan, kelistrikan dan lainnya dalam melakukan kajian,” ujar Isnawa, kemarin.

Dikatakan Isnawa, kawasan TPST Bantar Gebang sendiri mempunyai gas metan yang bisa dihasilkan menjadi tenaga listrik. Dari rencana pembangunan 18 watt saat ini baru terealisasi 1 watt saja sehingga harus dioptimalkan.

“Memang pembangunan ITF juga nantinya akan dilakukan di Jakarta. Kami harap bisa segera dibangun untuk mengurangi sampah dari hulunya,” tandasnya.

Kepulauan Seribu

Selain itu, Dinas Kebersihan DKI Jakarta berencana ‎akan mempercepat pembangunan ITF di 10 pulau permukiman di Kepulauan Seribu. Ditargetkan, kesepuluh ITF sudah beroperasi secara maksimal mulai tahun 2017.

“Masih tahap perencanaan. Ini memang kapasitasnya kecil saja, sehari sekitar 4 sampai 6 ton saja,” ujar Ali Maulana Hakim, Wakil Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, kemarin .

Menurutnya, keberadaan ITF sudah cukup untuk menangani sampah di Pulau Seribu. Nantinya petugas hanya mengangkut sisa residu pembakaran saja untuk dibuang ke Bantargebang.

“Untuk kawasan pulau itu sampah sehari sekitar 20,1 ton. Jadi kalau ada ITF masing pulau sangat bermanfaat,” katanya.
‎‎
Saat ini pengadaan alat ITF sudah ada masuk kedalam e-katalog. Hanya pembangunan sarana lainnya yang belum ada dan direncanakan melalui proses lelang.”Kita harap maksimal awal tahun depan sudah bisa beroperasi. Saat ini masih terus dalam tahapan perencanaan,” tandasnya.

Sumber:beritajakarta.com

http://www.jakarta-propertindo.com/id/id/empat-calon-investor-tertarik-bangun-itf/

---




Insinerator sampah
JAKPRO: Oktober Tahun Ini “Ground Breaking” ITF
27th Juli 2016

JAKARTA – Pemprov DKI Jakarta memastikan bahwa peletakan batu pertama pembangunan Intermediate Treatment Facilities (ITF) akan dapat dilaksanakan pada tahun ini.

Satya Heragandhi Direktur Utama PT Jakarta Propertindo menyatakan bahwa pihaknya menjanjikan bisa melakukan ground breaking ITF sekitar September – Oktober.

“Ya ground breakingnya kemungkinan September – Oktober tahun ini. Tapi kami akan usahakan sudah bisa di deliver pada September,” ujarnya , kemarin.

Pihaknya, melalui anak usahanya PT Jakarta Utilitas Propertindo yang bergerak dibidang utilitas, akan membangun ITF dengan kapasitas sekitar 1000 ton per hari.

Namun demikian, pihaknya masih merahasikan lokasi pembangunan ITF tersebut dan saat ini sedang proses pematangan pemilihan teknologi yang tepat, bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Saat ini, kata Satya, sudah terdapat lebih dari 96 perusahaan yang menawarkan teknologi pembangunan ITF tersebut.

Pihaknya perlu menggandeng BPPT agar mendapatkan pendampingan yang tepat ketika memutuskan pemilihan teknologi yang akan digunakannya ke depan.

“Kita kan sudah ada MoU dengan BPPT. Nanti mulai awal Agustus ada tim kecil yang akan memilih dan memutuskan teknologi seperti apa yang tepat, kemudian akhir Agustus ti tinggal dikawinkan dengan pemilik lahan,” terangnya.

Pihaknya dan BPPT pada intinya sudah sepakat bahwa teknologi yang akan digunakan adalah yang terbaik dan bisa bertahan hingga puluhan tahun ke depan.

Pasalnya pembangunan ITF dengan teknologi yang tepat, sudah sangat urgent untuk direalisasikan, seiring semakin tingginya volume sampah DKI Jakarta yang dibuang ke TPST Bantar Gebang saat ini hingga mencapai 6.700 ton per hari.

“Salah satu untuk mengurai sampah di perkotaan, seperti DKI Jakarta adalah tidak bisa dengan sistem yang lama, jadi mau tidak mau harus dengan ITF, dan kami komitmen akan mewujudkan hal ini,” ujarnya.

Sementara, komitmen badan usaha milk daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta tersebut sejalan dengan harapan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang mengharapkan ground breaking ITF dapat direalisasikan tahun ini.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menargetkan tahun ini bisa melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama pembangunan Intermediate Treatment Facilities (ITF).

Sumber:bisnis.com
http://www.jakarta-propertindo.com/id/id/jakpro-oktober-tahun-ini-ground-breaking-itf/





---o0o---

Jumat, 02 September 2016

Pangan Organik Tradisional; Manusia-Tinja–Ikan–Manusia, siklusnya






Pangan Organik Tradisional; Manusia-Tinja–Ikan–Manusia, siklusnya


#PanganOrganikTradisional
Manusia _ Tinja – Ikan – Manusia, siklusnya
#ZeroWasteFoodCycle

Di [lereng] gunung dan di pesisir sama saja kearifan lokal masih ada... Nir-sisa... alias Zero Waste dalam siklus pangan manusia dan ikan..!
Toleh sejenak ke rekaman saya nyaris satu dekade silam di lereng gunung di bandung Selatan di http://biotaniindonesia.blogspot.com 
dan rekaman tiga tahun silam di pesisir Tangerang.











Senin, 22 November 2010
Keeping (local) Foods in the Hands of Community
Keeping (local) Foods in the Hands of Community?




Water, fish, rice seeds and rocky stones availability creating a model of production of local foods for highlanders in a village, namely Cigunung, Cimaung in the Kabupaten (Regency) Bandung, West Jawa But… since they also grow upland vegetables and corn which the seeds are hybrid varieties, also sometimes use chemical fertilisers, then, they become price takers of local markets.

A Poster

by: Riza V. Tjahjadi
biotani@gmail.com

Pangan (lokal) masihkah tetap "di tangan" komunitas?
Air, ikan, benih padi (unggul lama), dan batu gunung menyiptakan sebuah model produksi pangan lokal bagi komunitas salah satu pegunungan di Jawa Barat... Akan tetapi, mereka menanam pula sayuran varietas dataran tinggi dan jagung yang semuanya adalah benih unggul. Seringkali mereka memakai pupuk kimia untuk menjamin panenan... Karenanya, mereka amat bergantung kepada harga pasar.

(poster) Kisah dari Cigunung, Cimaung Kabupaten Bandung, Jawa Barat

oleh: Riza V. Tjahjadi
biotani@gmail.com
22 November 2010
---o0o---
Posted by BioTani Indonesia at 03.25 0 comments


Minggu, 21 November 2010
Fish... full cycle, from: village toilet, pond, food and consumed by human

Fish... Full
Recycle PRODUCTION & CONSUMPTION phasing out of a model?
A case in Cigunung, Cimaung Kabupaten (Regency) Bandung, West Jawa

A Poster
by: Riza V. Tjahjadi
biotani@gmail.com


o0o


http://www.slideshare.net/biotani/pangan-organiktradisional/biotani/pangan-organiktradisional


o0o



---o0o---


Arsip Blog