Kamis, 30 Juli 2009

Farmers... you should keep alert to: We OWN your seeds



Farmers... you should keep alert to the claim: We OWN your seeds


So...
Farmers... assess your Farmers' Souverignty by develop PBR with Selection to their Own Seeds (poster)




Remember, We are what we eat and what we use

But there are
Non-Rice Biopiracy to:Indonesian and SEA region context:


1. PASAK BUMI.

# The case of Tongkat Ali or Pasak Bumi (Eurycoma logifolia). Biopiracy to Indonesian native plants. A selective Patent Application at European Patent Office. Opportunity and Challenges. (with limited background information), Investigate and Compiled by Riza V. Tjahjadi. BioTani Indonesia/PAN Indonesia. A Situationer/BioTaniInd/June2003.


# Another patent application to European patent office (EPO):For updating against biopiracy campaign. Pasak Bumi or superherb ingredient prepare to use in the treatment of male pattern baldness by BRYANT ANDREW EDWARD (GB) Patent number: GB2386837. STOP BIOPIRACY. Pasak Bumi (Eurycoma fongifolia) in South East Asia. Biotani Indonesia Foundation. Press Statement In commemoration the World Biodiversity Day 22 May 2003.


# Dalam siaran persnya baru-baru ini, Pesticide Action Network (PAN) Indonesia menyebutkan bahwa Forest Research Institute of Malaysia (FRIM) dengan Massachusetts Institute of Technology (MIT) telah bekerjasama selama lima tahun terakhir dalam suatu proyek bernama Malaysia MIT Biotechnology Partnership Programme (MMBPP). Proyek ini gencar mengembangkan teknologi mikropopagasi terhadap pasak bumi untuk mendapatkan intisari kandungan kimianya. Tidak main-main, pemerintah Malaysia dan MIT sama-sama mengajukan hak paten atas kandungan bioaktif pasak bumi. Lihat: Menyambut Hari Keanekaragaman Hayati. Saat Hak Paten Mengalahkan Hukum Alam. Sinar Harapan 21 Mei 2003.


# From: Riza V. Tjahjadi
Subject: bIoDaY: ASAHI, FRIM-MIT mUsT STOP bIoPiRacY to SEA SuperHERB Plant
To: Mass Media-and-partners
Cc: biotani@rad.net.id
Date: May 21 2003 14:37
(...)
A Japanese company Asahi Denka Kogyo had as early as in 1991 applied for patents for
- Chewing gum containing extract of eurycoma longifolia jack (JP3292860)
- Chocolate containing extract of eurycoma longifolia jack (JP3292857)

It may be noted, recently, there are four patents on Eurycoma longifolia have been applying as to get patent granting at EPO, European Patent Office.

1. AU4796601 Bioactive fraction of eurycoma longifolia
2. WO0217946 BIOACTIVE FRACTION OF EURYCOMA LONGIFOLIA
3. JP3292860 CHEWING GUM CONTAINING EXTRACT OF EURYCOMA LONGIFOLIA JACK
4. JP3292857 CHOCOLATE CONTAINING EXTRACT OF EURYCOMA LONGIFOLIA JACK


# From: "Riza V. Tjahjadi" Date: Mon May 12, 2003 6:26 pm
Subject: BIOPIRACY,Now to Borneo Pasak Bumi - Horizontal conflict of TRIPs within ASEAN Govts increase? BIOPIRACY CONTINUED P asak Bumi (Eurycoma fongifolia) in South East Asia BIG INTEREST IN A SMALL TREE, bioresearch of Eurycoma fongifolia ARE ASEAN GOVERNMENTS SPONSORING BIOPIRACY? More biopiracy in the ASEAN region?! A statement (of alert) by Biotani Indonesia Amongst the treasures of the tropical forest in the South East Asian (SEA) region, is Eurycoma fongifolia; popularly known as “Pasak Bumi” in Indonesia and “Tongkat Ali” in Malaysia.



2. The Indonesian crops with native names biopirated by Shiseido

# In the late 1990s, the Japanese cosmetic transnational Shiseido filed for European patents on 11 different compounds of traditional Indonesian medicinal plants or Jamu. After strong protests from Indonesian groups, such as BioTani Foundation / PAN Indonesia, Shiseido withdrew the patents in 2002. See BioTani Foundation Indonesia profile for the Public Eye on Davos award, 2006, http://www.evb.ch/cm_data/BioTani_EN_edited_.pdf. On Cupuaçu, a fruit from the Amazon patented by the Kyoto-based ASAHI Foods Company Ltd, see http://www.amazonlink.org/biopiracy/cupuacu.htm. See: JAPAN DIGS ITS CLAWS INTO BIODIVERSITY THROUGH FTAS. GRAIN | August 2007.


# From: "Riza V. Tjahjadi"
To: wto_forum@yahoogroups.com
Date: Tue Dec 31, 2002 8:45 am
Subject: Lost in Battle Court, Not to Shiseido' Biopiracy


# "Dear Riza... So, I saw that Shiseido has cancelled their patent. I looked also at EP 1002515 (WO 99/63950). It is also at the European Patent Office withdrawn since the 24.01.2002. A success for you!" as an observer said at EPO in München Germany, Aug 9 2002 11:08.

# Shiseido Batalkan Paten Rempah Indonesia. Kompas. 25 Maret 2002.

# Pesticide Action Network Indonesia, sebuah LSM yang peduli masalah pertanian, sejak tahun lalu melakukan kampanye boikot terhadap produk Shiseido. lihat; Beras Kencur 'Made in Japan. MbM Tempo. 43/XXX 26 Desember 2001

# Boikot Perusahaan Pembajak Hayati Tanaman Indonesia. Kompas, 2001-07-18.

# Indonesia Hadapi Kasus Shiseido. Kompas Sabtu, 14 Juli 2001

# Culture of sharing undermines local property rights. The Jakarta Post, 25 April 2001.

# Riza said Shiseido, a well-known Japanese cosmetic firm, had quietly patented several local traditional formulas of herbs and spices in NGO seminar urges campaign against 'unfair' biopiracy. The Jalarta Post. March 20, 2000

# Shiseido Biopiracy to traditional herbal plants of Indonesia, SHISEIDO. Feature article: BIO_PIRACY/LIZ SHERIDAN in http://www.healthyoptiops.co.nz

# SHSEIDO, biopirating to herbals with Indonesian native names. BOYCOT. Leaflets circulated during The Third WTO ministrial Meeting 26-28 November in Seattle, U.S. 1999.

# SHSEIDO, Pembajak Hayati Tanaman Indonesia. BOIKOT. Terompet, Teropong Masalah Pestisida. Kalawarta No. 23 Tahun VI, 1999. PAN Indonesia.

# JAKARTA (JP): An environmental activist is calling on the government to move immediately to provide protection for the intellectual property rights of traditional communities before they are patented by foreign corporations abroad (...) Riza said the failure to register these strains could allow foreign corporations to claim the patents and register them abroad... in: Traditional community needs govt protection. The Jakarta Post, 3 Nov. 1995.



---oo0oo---



Senin, 27 Juli 2009

Tanam sayur "Paritta's Organic" peri-urban di Tembilahan, Riau

Catatan lapang



___Pertanian organik di daerah Indragiri Hilir (Tembilahan), Riau atau wilayah Provinsi Riau keseluruhan belum begitu dikenal luas atau diperkenalkan kepada kalangan instansi pemerintah, akademisi atau LSM lokal, kendati dalam praktek budidaya tanaman padi di areal rawa, dan sayur-sayuran sehari-hari masyarakat sudah menjalaninya. Hal ini terjadi lantaran sebagian besar areal pertanian diarahkan pada budidaya tanaman perkebunan: kelapa sawit, karet dan kelapa – di Riau terdapat pusat koleksi plasma nutfah kelapa.

___Kebutuhan pangan dan sayur–mayur masyarakat Riau nyaris bergantung sepenuhnya kepada pasokan dari provinsi tetangga, yaitu Sumbar dan Sumut.

___Kondisi lahan pertanian yang berada di dekat dengan muara sungai, dan daerah pasang surut menyebabkan wilayah pertanian di Tembilahan sangat rentan terhadap genangan air, terutama pada antara bulan Desember hingga Januari, di mana air pasang sangat tinggi selama seminggu. Meskipun demikian, dengan membuat bedengan2 yang cukup tinggi, dan di sekitar areal dibuatkan kanal-keliling, maka resiko tanaman tergenang air dapat dihindari.


Uji Coba Tanaman Sayuran di Tembilahan (Wilayah Pinggir Kota).

a. Bibit
___Pengalaman pertama yang cukup melelahkan di Tembilahan ini adalah sulitnya mendapatkan benih-benih sayuran lokal seperti bibit cabe (keriting dan rawit), bibit bayam, kacang panjang, dan lain sebagainya. Kalaupun ada itu pun menempuh jarak yang cukup jauh di daerah yang sarana transportasi umum tidak memadai dan mahal.

___Agar tidak berlama-lama, untuk mendapat benih/bibit terpaksa diperoleh dengan jalan membeli bibit sayur pabrikan, seperti cabe keriting, cabe rawit, dan patcoy. Selain itu di sekitar lahan yang hendak saya garap ada beberapa batang tanaman bayam yang sudah tua. Dan ada pula ada tambahan bibit ketimun dari seorang petani.

___Untuk mendapatkan bibit yang cukup memadai dan sekaligus uji coba terhadap kesesuaian tanah, maka dibuatlah bedeng-bedeng persemaian benih dengan ukuran masing-masing ± 1m2 (benih cabe rawit, cabe keriting, ketimun, dan patcoy). Setiap bedeng dibatasi dengan cara membuat parit berukuran lebar 60 m berkedalaman 30 cm.

___Salah satu sifat fisik tanah di Tembilahan adalah berlumpur - daerah rawa - dan apabila ketika kering, maka strukturnya akan keras. Pada tahap pertama penyemaian benih (pembibitan) terjadi kegagalan sekitar 40%. Guna menghindari agar hal ini tidak terulang kembali, maka tanah penyemaian tersebut ditambahkan pupuk kandang (fermentasi kotoran kambing yang telah mengering, sebelumnya kotoran kambing itu saya peram dalam plastik selama hampir 1 bulan) dengan dosis 1 karung beras untuk 1m2 areal semai. Kemudian ditambahkan abu organik bekas pembakaran. Sebelum disemai areal disiram dengan air sampai tanah basah dan lembab. Barulah kemudian benih disemaikan. Ini dilakukan pada sore hari (setelah cahaya matahari berkurang panasnya. Hingga 4–8 hari areal terus disiram secukupnya dengan air pada pagi dan sore harinya. Menjelang benih semai siap dipindahkan ke bedeng tanam, dilakukan pemupukan dengan cairan fermentasi kompos, pupuk kandang dan hijau-hijauan 1–2 x pemupukan. Ini dilakukan agar benih yang akan dijadikan bibit benar-benar sehat.

___Dalam hal pengendalian hama (hama utama adalah keong) saya memakai pendekatan manual saja. Sekeliling pinggir bedengan dipagari dengan jaring halus yang pada bagian bawah dibenamkan ke dalam tanah. Dari hasil ujicoba ini, ternyata bibit yang dihasilkan sangat bagus dan sehat serta seragam pertumbuhannya, terutama untuk tanaman cabe.

___Perlu saya kemukanan, bahwa pada tahap pertama untuk mendapatkan bibit yang baik adalah melalui beberapa tahap seleksi alam (penanaman yang dikontrol dalam hal unsur hara, kemungkinanan dari serangan hama dan penyakit melalui teknologi tepat guna dan ramah lingkungan).


b. Pengolahan Tanah
___Pengolahan tanah di lahan Rawa agak berbeda dengan lahan biasa, di mana karena daerah rawa kedap air sehingga tekstur tanah liat dan bila kering akan mengeras. Agar tanah tersebut strukturnya gembur, maka perlu ditambahkan pupuk kandang dalam jumlah yang agak banyak serta sekam atau bubuk pengetaman kayu yang telah dibakar (kompos ala kuntan).

___Setelah tanah diolah maka dibuat berupa guludan tanam yang berukuran lebar 1.3 m dan panjang sesuai panjang lahan (maksimal 30 m agar mudah dikontrol). Jarak antar bedengan adalah sebaiknya 40 cm. Karena di Tembilahan tinggi lapisan tanah dari permukaaan sangat tipis - sekitar 10 cm - dalam kondisi normal, maka bedengan perlu lebih ditinggikan agar tidak tergenang sewaktu pasang naik. Lahan yang saya garap tak kurang dari 300 m2 sementara yang tersedia adalah lahan tanaman utamanya tanaman coklat - cacao, sebutannya sejak lebih dari 10 tahun terakhir - seluas 10 Ha milik teman saya.

___Selanjutnya di atas guludan tanam ditaburi pupuk kandang yang telah mengering dan diaduk hingga merata sambil ditambahkan kuntan secukupnya. Agar kondisi kelembaban tanah terpelihara, maka perlu dilapisi dengan lapisan jerami atau hijau-hijauan. Hal ini selain menjaga kelembaban tanah juga berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, serta menguarangi pertumbuhan gulma. Hanya saja kalau terllau lembab, maka potensi resiko tanaman terkena penyakit jamur lebih tinggi.


c. Penanaman
___Jarak tanam saya disesuaikan dengan sifat tanaman yang akan ditanam dan tanaman lain yang akan ditumpangsarikan dengannya dalam satu guludan. Contohnya, tanaman cabe yang berumur sekitar 6–7 minggu hingga akhir produksi optimal akan mempunyai cabang yang akan meluas di sekiling tanaman. Maka tanaman cabe tersebut akan cocok di tanam dengan tanaman bawang daun yang berumur pendek dan fisik bawang tidak akan mengganggu tanaman cabe. Bahkan aroma bawang daun akan dapat mengusir bebeberapa hama tanaman cabe yang akan hinggap.

___Tanaman bawang daun pun dapat ditanam 2-3 x dalam 1 periode usia produktif tanaman cabe. Demikian pada tumpangsari jenis tanaman sayuran lain

___Sebagai catatan, saya hanya memilih beberapa dari koleksi daftar tumpangsari Biotani&Bahari Indonesia/ PAN Indonesia, yaitu yang agak mudah perolehan benihnya di Tembilahan Riau.


d. Pengendalian H/P.
___Dalam pertanian organik dikenal istilkah ”tak ada rotan akar pun jadi”. Artinya banyak alternatif dalam perlindungan tanaman terhadap serangan dan wabah hama dan penyakit tanaman tanpa harus menggunakan bahwan kimia sintetis. Di sini saya lebih menekankan kepada kegiatan pengamatan, sambil menyampaikan pemahaman petani akan sistem kerja alam sekitar.


e. Produksi/Panen
___Panen dalam pertanian organik biasa dilakukan hampir sepanjang tahun pada areal lahan yang tidak begitu luas. Hal ini karena pola tanamnya bukan monokultur, tetapi beragam jenis dan bergilir sesuai dengan sifat taaman dan kondisi musim. Artinya, faktor keberuntungan semakin jelas. Karena kecil kemungkinan resiko gagal panen pada semua jenis tanaman yang ditanam secara bergilir, disisip, dan beragam - tumpang sari – lihat koleksi PAN Indonesia (1985-1989, 1990-1991, 1993-1996), dan Biotani Indonesia (1996-1999, dan 2000-2003).


f. Pemasaran.
___Pemasaran, dalam kurang dari setahun ini, saya lebih mementingkan aspek sosial tanpa melupakan aspek bisnis. Target pasar jelas, dan bukan hanya ditujukan kepada konsumsi orang kaya. Pola pemasaran adalah lewat jaringan, door to door, pasar tradisional, atau dalam bentuk lain. Yang jelas baik pertanian maupun produknya adalah bukan hanya tuntutan masyarakat dunia, melainkan juga bagi konsumen lokal saat ini maupun pada masa mendatang.

___Saya telah menghitung kasar: di sekitar lahan yang saya garap ini terlihat potensi segmen pasar, yaitu guru-guru PGRI. Saya mendapat informasi koperasi PGRI setempat beranggotakan sebanyak 2.000 orang, dan beberapa swalayan-mini, maupun warung biasa, maka sudah pasti klabakan jika mereka berminat. Dalam coret-coretan gagasan saya akan namai produk organik "Paritta's Organic". Kata Paritta = parit 3, nama tempat kebun dan saya berdomisi saat ini. Untuk promosi saya telah membuat brosur, tinggal menyebarkan ke kantor-kantor instansi pemda. Saya juga akan sebarkan kuesioner untuk memperoleh data dasar calon konsumen. Pada waktunya.saya akan kenalkan sistem "member" (kartu) kepada guru-guru anggota koperasi PGRI. Harga jual sekitar Rp1.000 hingga Rp 5.000 per paket (3-4 produk, total tak lebih dari 1,5 kg) per konsumen. Adapun pembayaran konsumen dilakukan pada setiap akhir atau awal bulan, yaitu koperasi - tanpa komisi - yang akan menagih atau memotong gaji guru yang bersangkutan. Tetapi pada dasarnya saya akan membatasi kuantitas dan pasokan pada beberapa produk saja per konsumen. Dalam pandangan saya, konsumen perlu juga diberi pemahaman agar tidak serakah, melainkan berbagi dengan orang lain, dan juga kepada alam. Sedangkan kepada pedagang sayur asal pasokan Sumbar dan Sumut, ya, saya katakan hanya ujicoba semata.

___Saya perlu mengungkapkan, besar kemungkinan gagasan itu terhenti selama beberapa waktu terhitung medio Mei lalu. Ini karena saya tidak tahan asap dari pembakaran untuk pembukaan lahan yang marak di Riau belakangan ini; sedangkan tanamannya bukan "daging asap", melainkan "sayur asap". Tetapi yang terpenting saya harus cari tambahan modal. Tanpa hal itu, maka gagasan itu akan bergantung di awang-awang bak angan-angan belaka. Sementara ini, seorang petani setempat kini melanjutkan sistem dan pola yang saya praktekkan selama nyaris selama 8 bulan.



Date: Fri, 10 Jul 2009 18:36:20 +0200 [Friday, 10. July 2009 11:36:20 PM WIT], 10 Mei 09 23:20, dan 02 Jan 09; 17:12.

Fendi YS, relawan lapang Biotani&Bahari Indonesia.

---

Revisi, 27 Juli dari versi 13 Juli

---oo0oo---

Arsip Blog