Minggu, 17 Maret 2013

Indonesia Miskin Menu alternatif Bawang Putih dan Bawah Merah?





The famous Spice Islands, Indonesia has no popular food menus without garlic and shalot


Price of garlic and onion prices skyrocketed occur in the most retail markets spread out the country since two weeks ago. Retailers complain, selling garlic and onions are few in number. Trade ministers can not do much, Agriculture Minister was busy calculating the re-allocation of imported garlic and onions. In processed food traders spiced garlic and onions can not be dodged, because it has been caught in a trap strict dependence menu that relies on both original subtropical crops it.


Okay, Indonesians, especially the Cook - which used to be named "koki" the now-popular named chef .... Where are you guys creations? Try to check out the traditional food seasoning, peracik is there?

Riza V. Tjahjadi in article, entitled Out of Spice, Facing Lost Generation. A situationer (2005) pointed out: With 17,508 islands and about 18,000 km of coastlines, Indonesia is the world’s largest archipelago. 17,489 are small islands of which, according to the Directorate General of Rural Development (1997), 2,149 small islands are inhabited. Indonesia is ranked second in the world`s biggest herbal plant producers after Brazil. Indonesia had some 30,000 species of herbal plants. But only about 260 species have been used for producing herbal medicine, with about 1,900 traditional herbal medicine entrepreneurs in Indonesia, of which about 90 percent were small and medium scale businesses (Ant, 7 May 2005). Indonesia also harbors great knowledge on the uses and development of biodiversity embedded in the cultural forms and knowledge systems of its many and varied traditional communities. Some 6,000 plants, 1,000 animals and 100 microbe species are used by Indonesian communities in their daily life. Knowledge on medicinal and food values of wild and cultivated species are interlinked with cultural systems that are fast disappearing in Indonesia. Thus, it is obvious that the erosion of Indonesia's biodiversity and traditional knowledge on biodiversity is not just a matter of national concern, but of international concern as well. Opportunities to develop new varieties of food crops, new medicines and new industrial raw materials will be lost with the erosion of Indonesia's biological and cultural diversity (GoI, 1997).








Indonesia Miskin Menu alternatif Bawang Putih dan Bawah Merah?



Harga bawang putih nyaris bersamaan dengan harga bawang merah meroket terjadi di semua pasar sembako di tanah air semenjak dua pekan silam. Penjual eceran mengeluh, penjualan bawang putih dan bawang merah hanya sedikit jumlahnya. Menteri perdagangan tak dapat berbuat banyak, Menteri pertanian sibuk hitung-ulang alokasi impor bawang putih dan bawang merah. Pada pedagang pangan yang berbumbu bawang putih dan bawang merah tak bisa berkelit, karena sudah ketat terjerat ke dalam jebakan ketergantungan menu yang mengandalkan kedua hasil bumi aslinya beriklim subtropis itu.


Adakah yang nakal? Seorang pemasok bawang goreng ke banyak hotel di wilayah Jakarta, biasanya menyampur bawang merah dengan non-bawang merah. "Berton-ton yang didistribusikan ke semua hotel di Jakarta," ujar seorang pedagang bawang goreng varietas Sumenep. Adalah ubi merah, sebagai oplosan bawang goreng. Ubi merah dicetak yang hasilnya seperti irisan bawang di pabriknya di wilayah Bogor. Naah, di saat harga bawang merah meroket, apakah porsi oplosannya makin besar? Tak tahu... Yang jelas bawang merah khusus untuk bawang goreng, yaitu varietas Sumenep ikut naik harganya; sama dengan harga bawang merah Brebes. Seorang pembuat bawang goreng rumahan dengan ukuran 2 kg per pak mengaku telah sepuluh hari istirahat, karena tak ia sudah sanggup  memutar modal dagangnya dengan harga bawang merah meroket nyaris 300 persen.



Lebih dari itu semua, tampaknya masih sulit bagi para pembuat masakan untuk memperoleh pengganti rasa dan khasiat bawang putih. Benarkah?



Hayo, Indonesia, khususnya para jurumasak - dulu koki yang kini keren dipanggil chef.... Mana kreasi kalian? Coba tengok ke pada para peracik bumbu pangan tradisional, adakah?


RVT,

biotani@gmail.com 






 

Info terdahulu di akun saya di fb, 15 Maret 2013

Riza V. Tjahjadi
Friday via BlackBerry Smartphones App

Indonesia, atawa Nusantara semakin digantung dengan pasar impor... Keran impor bawang putih semakin diperbesar masuknya?

Akal-akalan impotir... Sebanyak 109 kontainer yang katanya isi bawang putih impor malahan terus diinapkan di pelabuhAn Tanjung Mas Surabaya, meskipun semestinya sudah bisa didistribusikan ke pasar-pasar, karena dokumen sudah lengkap untuk pendukung perdagangan bawang putih asal Cina dan Thailand ini... Tak heran harga di pasar meroket.

-
Riza V. Tjahjadi   Minggu depan kartel importir bawang putih akan dipanggil oleh KPPU, karena akal-akalan bukan dagang yang "benar", taat aturan; begitu sari informasi di *ntv n sctv sore ini.
Friday at 5:03pm · Like

Agus Sunarto   inilah negeri dongeng para korak
Friday at 11:08pm · Like

Riza V. Tjahjadi   Begal, kecu dioprak-oprak ditangkepi, diborgol... Tapi heeeemmm... setan gundul bakulan 'do komAt-kamit ngitung untung, konsumen mringis 'do buntung akal.
Friday at 11:15pm · Like

-


Riza V. Tjahjadi
Friday via BlackBerry Smartphones App

Indonesia... Atawa Nusantara... Katanya... heeEeeM... Negeri yang berlimpah rempah-rempah... Lhaaa, kok, (mau,) ya, gampang banget diobok-obok tengkulak (kerennya: kartel importir)... Hopo tumon, kita tidak punya alternatif menu terhadap (impor) bawang putih?

https://www.facebook.com/riza.v.tjahjadi







revisi, tambah poster: 18 Maret 2013










---o0o---
 

Tidak ada komentar:

Arsip Blog