Kamis, 19 September 2013

Kartel kedele memang ada (per Agustus 2013)













Kartel kedele memang ada 
(per Agustus 2013)





$ Kartel kedele
$ Memang ada
$
$ dua per tiga total kuota
$ impor kedele cuma
$ dipegang 6 PT (persero)

E d a n, dan itulah praktek yang difasilitasi pemerintah
$
$


Esuk Dele Sore Tempe


Kartel Pangan Kriminal, lebih terasa menyengsarakan rakyat daripada Koruptor... Lha, harga-harga pangan mereka atur-atur sesuka mereka... Itu k*ta Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dr. Muhammad Syarkawi Rauf (foto: kiri). Produksi pangan tidak jelek-jelek amat, ranking-nya dalam produksi pangan dunia, juga kecukupan pangannya terbilang masih dalam 5 besar dunia. Begitu juga perkebunan (hasil, dan ekspornya). Cuma... Parah 'tuh, administrasi pergudangan... Ingat kasus bawang putih? Itu kata Khudhori, anggota Pokja Pakar Badan Ketahanan Pangan (tengah)... Benar terjadi kartel pangan... Pangan impor hanya dialokasi/ kuotakan kepada beberapa perusahaan. Ini kata peneliti Indef, Dr Enny Sri Hartati (kanan). Nah... Itu sebagian kecil rekaman dari Diskusi Kelompok Berfokus (FGD) semacam expert group di lantai 8 Gedung RRI, Jl. Merdeka Barat siang-sore Sabtu 14 September yang lalu.


[Heeeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]





Hasil FGD dirangkum untuk acara Talkshow interaktif Bincang-Bincang Agribisnis oleh RRI Pro4 disiarkan ke dalam tiga gelombang radio pukul 16.30-17.30.

Pernyataan saya? Tengoklah naskah presentasi saya (di bawah)..



[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]





Kartel Pangan memang ada... Kasus Karetl Kedelai


Dalam FGD itu saya presentasi makalah bertajuk: kartel pangan (fokus pada komoditi kedelai, gula, daging, jagung dan beras); Sekilas Pengamatan dari sisi produksi


Riza V Tjahjadi. JKKP/ Biotani Bahari Indonesia
RRI Jakarta, Sabtu, 14 September 2013, pukul 10.00-15.30 WIB



[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]

Impor lima komoditas pangan
Kebutuhan konsumsi nasional dengan nilai potensi kartel pada kebutuhan daging sapi diperkirakan mencapai 340.000 ton nilai atau sekitar Rp340 miliar, daging ayam 1,4 juta ton sekitar Rp1,4 triliun.

Selanjutnya gula sebanyak 4,6 juta ton mencapai Rp4,6 triliun, kedelai 1,6 juta ton Rp1,6 triliun, jagung 2,2 juta ton Rp2,2 triliun, dan beras impor 1,2 juta ton kartelnya diperkirakan mencapai Rp1,2 triliun.


[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]


Flashback
"We want the flexibility in tariff cuts for four products. This is our position at the WTO talks," Pos M. Hutabarat, directorate general of multilateral cooperation at the ministry told.

The four products are rice, sugar, soybean and corn.

Under the proposed flexibility position, Indonesia can still impose a higher import tariff on the four products, aiming to help protect domestic agribusiness against more competitively priced imported agriculture commodities.

Mrs. Rini Soewandi (Minister of Trade and Industry) has stated this position during the last two informal meetings in Japan and Australia. We hope other member countries can accept our proposal," he said.

According to the current WTO agreement, Indonesia is allowed to impose  higher import tariffs on the four products.

The government currently has an import tariff of only 30 percent on rice, far lower than WTO's bound tariff of 160 percent.

Japan, the sponsor of the recent informal meeting, has import tariffs of  490 percent.

Indonesia applies import tariffs of only IDR 550 to IDR 700 per kilogram on sugar, and zero percent on soybeans and corn.

European countries and the U.S., respectively, impose import tariffs of 240 percent and 150 percent on sugar.

RI calls on WTO for "flexibility" with agriculture tariffs; CPAS,  February 24, 2003).

Proposal RI ke WTO. lalu mengelompok ke dalam G33: Usul; Produk Strategis menjadi Produk khusus. tetapi singkatannya tetap SP. mulai dari KTT  WTO Cancun Meksiko 2003.



[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]


My Position
Yang paling penting,  beras, gula, dan kedelai, dan JAGUNG, adalah EMPAT KOMODITAS STRATEGIS YANG DIUSULKAN OLEH PEMERINTAH RI untuk dibebaskan dari AoA WTO.

   SAYA MENOLAK, secara kondisional. Dalam beberapa pertemuan umum, termasuk dalam seminarnya IGJ...  (6 Maret 2003, saya diminta sebagai salah seorang pembicara dadakan). Apa artinya? Jika, dikabulkan, MAKA JALAN TOLL semakin lancar dibuat pemerintah (sejak dalam gagasan hingga negosiasi) untuk SEMAKIN MEMPERKUAT TNCs, khususnya untuk komoditas KEDELAI dan JAGUNG... Karena, apa? YANG MENGUASAI PASAR/ dikontrol (BENIH hingga SIAP OLAH) oleh TNCs.

    Pernyataan serupa juga tercantum di dalam makalah posisi PAN Indonesia dalam jumpa pers yang diorganisasikan oleh YLKI pada April silam.

Lihat: Riza V. Tjahjadi: Petani*) dan Hak Paten (TRIPs). Makalah disampaikan ke sarasehan FSPI, 16 Juli 2003. BioTani PAN Indonesia: Petani dan HakPaten/LawanNeoLib/Cancun/16Juli2003.


[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]


    Monsanto pada 5 Maret 2003 membujuk menteri pertanian Bungaran Saragih agar mengijinkan pengembangan  secara massal  benih jagung RR (through the introduction of valuable new technologies and product, such as Roundup Ready corn)1. Minggu silam, 8 Juli 2003, terbetik kabar anggota MUI, Prof. Asyiah Girindra menyatakan bahwa ummat Muslim dapat mengkonsumsi GM-food impor.

Lihat:  Riza V. Tjahjadi: Petani*) dan Hak Paten (TRIPs). Makalah disampaikan ke sarasehan FSPI, 16 Juli 2003. BioTani PAN Indonesia: Petani dan HakPaten/LawanNeoLib/Cancun/16Juli2003.



Lanjutan
My Position (salah Satu narasumber)
Setuju dengan reservasi, karena betapa pun besar tarif impor akan tetapi harus disertai ada pelabelan bagi kedele dan jagung TRANSGENIK, demi bagi perlindungan konsumen.

Lihat: Pertemuan konsultasi ornop tentang WTO. Jakarta, 6 Maret 2003.



[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]

Dalam Kabinet Indonesia Bersatu I dan II, target swasembada kedelai selalu dicanangkan, tapi sampai sekarang belum ada titik cerah target itu akan dicapai. Sepanjang periode 2004-2011, kemampuan suplai kedelai domestik memenuhi kebutuhan dalam negeri hanya dalam kisaran 30-40 persen, selebihnya 60-70 persen sumber kedelai berasal dari impor.

Andi Irawan: Swa Sembada Kedelai, Mengapa Tidak?  Selasa, 05 Juni 2012.
http://ngemis-info.blogspot.com/2012/06/swa-sembada-kedelai-mengapa-tidak.html


Alokasi dana 8,3 Triliun: Beras Rp 4,54 triliun, Jagung Rp 398,2 milyar, Kedelai Rp 874,6 milyar, G  u l a Rp 980,6 milyar, Daging Rp 1,49 triliun



[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]


Kedele
# Impor lebih menggiurkan daripada berindustri

# Bea masuk (tetap di-nol-kan Menkeu dan sistem kuota Mendag berlanjut?) versus padahal tersedia stock kekayaan varietas kedele nasional sebanyak 74 aksesi.

# Strategis tapi cari info untuk beli benihnya susah..!

Kedele: lahan perhutani dan lahan terlantar



[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]


Kebijakan vs popularitaskan
Masih domain Pemerintah
padahal, dulu pameonya:

esuk dele, sore tempe

tapi tak ada investor agri bisnis jika dibandingkan
dengan buah naga  atau lele

Target perluasan lahan bergantung kepada BPN;
Tidak gerakkan PPL cari lahan yang sering tidur/ hanya sekali tanam padi dalam setahun

Percepatan  peningkatan  kualitas areal tanaman
Kedelai, misalnya di Banten




Esuk dele, sore tempe masih ada dalam satu-dua komunitas

intinya: Produksi lokal untuk pangan lokal, lebih dari itu urusan pemerintah


[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]


Kesimpulan saya:
Pemerintah dua (2) kali gagal mengapresiasi kedelai dan petaninya. Pertama, sejak 2003 kedelai sebagai salah satu SP dalam G33 WTO tidak dapat diwujudkan dari target (sistem tarif) yang ditentukan sendiri. Bea Masuk malah mau (tetap) di-nol-kan. Kedua, sejak 2004 hingga kini pemerintah gagal meraih swasembada kedelai. Tahun depankah, dengan anggaran 8,3 triliun (aloksi APBN 2014)? Ketiga, tidak semua cerita pahit bagi para pengusaha tahu dan tempe menimpa pengusaha yang komunitasnya mampu mendorong warganya bertani/ budidaya kedelai - dan dengan tekno/ sistem ramah lingkungan.



Latar belakang, ketika akan uji coba kedelai di salah satu kampung di Serang Banten

Minimal ada 5 program dan anggaran Negara terkait kedelai, tetapi terlihat Banten adalah anak tiri. Contoh-contohnya Provinsi Banten tidak termasuk ke dalam 1) Sasaran Luas Tanam SL-PTT Kedelai per Kabupaten/Kota Tahun 2012 dengan luas tanam 35,000 ha mencakup 179 Kabupaten.  
Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi (di luar benih) senilai Rp 3.930.000 per unit SL. Juga Provinsi Banten tidak termasuk ke dalam  2) Sasaran Luas Tanam Pengembangan Budidaya Kedelai per Kabupaten/Kota Tahun 2012, Artinya Fasilitasi Bantuan Sarana Produksi Pengembangan Budidaya Kedelai Tahun 2012 senilai Rp 3.280.000 per unit tidak diperoleh Bante. 

Begitu juga dalam hal 3) Sasaran Luas Tanam Pengembangan Kedelai dengan Peningkatan IP per Provinsi Tahun 2012, dan 4) Sasaran Luas Tanam Pengembangan Kedelai di Lahan Perkebunan per Provinsi Tahun 2012m, serta 5) Sasaran Luas Tanam Pengembangan Kedelai di Lahan Tidur/Rawa per Provinsi Tahun 2012 Banten tidak tercantum. Tetapi Banten hanya disertakan ke dalam program Sasaran Luas Tanam GP3K Kedelai per Provinsi Tahun 2012, Banten dialokasi sebesar 10.000 hektar.


[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]


Tambahan dari diskusi di gedung RRI Lantai 8

Kartel Kedelai per 14 September 2013
Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mengeluarkan izin impor kedelai untuk semester II-2013 kepada 20 perusahaan/importir. Sebanyak 3 perusahaan mendapatkan alokasi impor kedelai di atas 10%.

Bahkan PT FKS Multi Agro mendapatkan izin untuk mendatangkan 210.600 ton atau 46,71%. Di tempat kedua ada nama PT Gerbang Cahaya Utama dengan jumlah izin yang diberikan sebanyak 46.500 ton atau (10,31%). Di tempat ke tiga ada nama PT Budi Semesta Satria dengan izin 42.000 ton atau 9,31%.
Sedangkan 14 perusahaan lain hanya mendapatkan alokasi 0%-5%. Selain itu, Kemendag juga memberikan izin kepada Perum Bulog sebanyak 100.000 ton dan Gakoptindo sebanyak 20.000 ton. Total secara keseluruhan impor kedelai di semester II-2013 adalah sebesar 530.900 ton kedelai.

(Kamis, 12 Sep 2013 07:02 WIB di dalam TEDY DIRHAMSYAH, SEKJEN PISPI: PENAWARAN KEDELAI DI INDONESIA TAHUN 1991-2010)PERHIMPUNAN SARJANA PERTANIAN INDONESIA (PISPI)



[Heeemmm: Esuk Dele Sore Tempe..!]






Silahkan kontak juga ke:

Berangus Kartel Pangan//Live on air at RRI Pro 4 : saturday 4:30 pm till 5:30 pm / FM : 92,8 MHz, AM : 1332 KHz, SW: 9680 KHz at 47 cities in Indonesia







Tabik tani organik,

Riza V. Tjahjadi
Biotani Bahari Indonesia






---o0o---







Tidak ada komentar:

Arsip Blog