Sabtu, 07 September 2013

Tak ada air, kebiasan bakar jerami terbenarkan... Musim panas, sawah kekeringan 2013











   (sepasang kerbau berteduh dari sengatan matahari 30 Agustus 2013, di tepi jalan desa dekat    
   jalan layang toll Jakarta-Merak) di Desa Bakung Kecamatan Cikande Serang)



Tak ada air, kebiasan bakar jerami terbenarkan... Musim panas, sawah kekeringan 2013


Ratusan Hektare Sawah Kering Padi Puso




Dua cara penanganan jerami pada dua lokasi tak berjauhan... Jerami direndam, dan jerami dibakar (saja)





Sisi lain dari sisa pembakaran jerami...


Dua anak perempuan kais-kais sisa pembakaran batang tebasan padi, untuk mencari jamur merang. Tanaman padi di desa ini: Telaga dan Bakung di Kecamatan Cikande Kabupaten Serang Banten telah masuk masa panen pada akhir Agustus silam.



Perlu diketahui, bahwa tanaman padi di salah satu bagian jalan toll Jakarta ke Merak ini bergantung kepada air rawa... Mereka memompa air rawa sebagai air irigasi. Pada musim tanam sebelumnya, Januari silam seluas 85 hektare dari total 400-an hektare areal persawahan terendam banjir selama sekitar dua minggu.

Kini para petani memperkirakan lahan sawah di dua desa tersebut akan bera hingga tibanya musim penghujan. Tetapi di lain kabupaten?

Simak info di bawah.



Sabtu, 7 September 2013 | 12:17 WIB | Reporter: Nur Achmad

Ratusan Hektare Sawah Kering, Padi Puso

Metrotvnews.com, Cianjur: Musim kemarau membawa dampak terhadap kondisi pertanian yang mengalami kekeringan.

Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ratusan hektare lahan padi terancam gagal panen akibat sawah mulai kering. Petani terpaksa menuai tanaman padi yang tidak berisi untuk dipakai sebagai makanan ternak.

Kekeringan yang melanda wilayah Desa Sukasirna, Kecamatan Sukaluyu, Cianjur, ini terjadi sejak dua bulan terakhir. Para petani kesulitan mendapatkan air untuk mengairi sawah yang luasnya mencapai tiga ratus hektare lebih. Hampir semua sawah yang ditanami padi dengan jenis IR dan Pandan Sari ini mengalami gagal panen.

Sejak dua bulan terakhir, masyarakat di wilayah ini kesulitan mendapatkan air, sehingga kontur tanah persawahan pun mulai kering dan retak-retak. Petani yang mengeluhkan kondisi ini akhirnya menuai padi yang dianggap tidak berisi untuk dipakai sebagai makanan ternak.

Hal ini baru pertama kali dialami warga sejak beberapa tahun terakhir. Meskipun kemarau panjang sempat melanda, namun belum pernah terjadi puso. Sehingga petani merugi hingga ratusan juta rupiah.

Selain tidak turunnya hujan, aliran air yang berada di sungai setempat juga mulai mengering.

Editor: Asnawi Khaddaf




Hingga akhir Agustus air beberapa waduk masih normal


Sabtu, 31 Agustus 2013 | 11:46 WIB | Reporter: none

Pemerintah Antisipasi Kekeringan


Metrotvnews.com, Jakarta: Pemerintah melakukan sejumlah langkah dalam mengantisipasi kekeringan di sejumlah daerah di Indonesia, antara lain dengan memantau kondisi waduk-waduk untuk memeriksa tingkat ketersediaan air.

"Dari pemantauan di Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, dan Waduk Saguling semua dalam kondisi normal," kata Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Arie Setiadi Moerwanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (31/8).

Arie memaparkan, berdasarkan pemantauan waduk besar dan waduk kecil lainnya pada medio Agustus 2013, yaitu 15 waduk utama dalam kondisi normal dan satu waduk utama dalam kondisi waspada, sedangkan 42 waduk kecil lainnya dalam kondisi normal dan 9 waduk kecil dalam kondisi waspada.

Secara hidrologis, lanjutnya, tahun ini ketersediaan air masih normal. Walaupun masih dalam kondisi normal, dirinya mengharapkan agar petani mematuhi dan mentaati jadwal tanam, agar ke depannya tidak terjadi puso.

Ia menjelaskan, kondisi kekeringan ada beberapa klasifikasi, yaitu kekeringan meteorologis (berdasarkan curah hujan), kekeringan pertanian (dilihat dari dedaunan) dan kekeringan hidrologis (berdasarkan ketersediaan air di sungai, waduk/embung dan reservoir lainnya).

Upaya Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU lainnya untuk mengantisipasi kekeringan secara pengelolaan air antara lain memberikan peringatan awal musim kemarau dengan pemantauan volume waduk dan dampak kekeringan, pengaturan alokasi air, serta pemeliharaan jaringan irigasi.

"Sedangkan melalui pemberdayaan petani diantaranya dengan cara pembinaan petani agar mereka mentaati jadwal tanam, penyuluhan gerakan hemat air, menerapkan prinsip penggunaan air berulang dan pergiliran penggunaan air serta penerapan teknologi hemat air," tuturnya.

Arie juga mengatakan, dalam penyediaan prasarana sumber daya air, pihaknya mengupayakan pendistribusian pompa air, rehab dan memelihara waduk, embung dan situ serta bendung, serta memperkenalkan teknologi pemanenan air hujan dan meningkatkan kapasitas resapan (sumur resapan/biopori).

Ia mengungkapkan, dari potensi total air baku di Indonesia yang sebesar 3,9 triliun meter kubik, baru sekitar 14 miliar meter kubik yang dikelola melalui tampungan air atau reservoir.

Padahal, ia mengingatkan bahwa waduk sebagai tampungan air memiliki multifungsi, yaitu sebagai tampungan air, penyediaan air baku, penyediaan air untuk irigasi, hingga penyediaan air untuk energi listrik.

"Ke depannya, agar mutu pengelolaan sumber daya air meningkat dan masalah kelangkaan air dapat di hindari maka setiap pengelolaan sumber daya air khususnya air permukaan harus mengacu kepada pola dan rencana pengelolaan sumber daya air," ujarnya. (Ant)


Editor: Asnawi Khaddaf

http://m.metrotvnews.com/read/news/2013/08/31/178628/Pemerintah-Antisipasi-Kekeringan





TERKAIT

Hutan Gundul, Krisis Air di Kupang makin Parah
Krisis Air Bersih Landa 83 Desa di Kebumen
Sesosok Mayat Pria Ditemukan di Perkebunan Karet
Pedagang Nekat Buka Lapak Darurat di Pasar Cianjur
Pemerintah Antisipasi Kekeringan

http://m.metrotvnews.com/read/news/2013/09/07/180061/Ratusan-Hektare-Sawah-Kering-Padi-Puso



Powered by Telkomsel BlackBerry®








---o0o---

Tidak ada komentar:

Arsip Blog