Senin, 28 Oktober 2013

Tegakkan Kedaulatan, Akhiri Penjarahan Asing, Percik Renungan HUT 85 Tahun Soempah Pemuda







Tegakkan Kedaulatan, Akhiri Penjarahan Asing,
Percik Renungan HUT 85 Tahun Soempah Pemuda


 



Catatan Riza V. Tjahjadi



Segelintir pemuda pada tahun 1928 sudah berdarah-darah berjuang untuk mengahiri imperialisme di bumi Nusantara. Namun perjuangan pemuda baru meraih momentumnya pada 17 Agustus 1945 yakni pemuda Soekarno dan Hatta atas nama Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Namun perjuangan pemuda agar Indonesia merdeka 100 % belum terwujud. Imperialisme masih senantiasa merongrong kedaulatan negara dan bangsa Indonesia.

Kala itu imperialisme (penjajahan asing) mencengkram Nusantara dengan sistem kolonialisme, menguasai teritorial, membentuk pemerintahan asing di wilayah koloni, dikawal dengan serdadu asing. Dewasa ini sejak UU PMA 1971 dan UU perubahannya pola penjahan asing mencengkram tanah air (satu) kita atas nama globalisasi, utang luar negeri, investasi dan perdagangan bebas, dan bahkan melalui reformasi dan liberalisasi sistem ekonomi politik.

Imperialisme mengirimkan utang atas nama "pembangunan ekonomi" melalui negara negara imperialis melalui lembaga keuangan Bank Dunia, Asian Development Bank, IMF dan berbagai lembaga keuangan lain. Namun bukannya pembangunan yang kita nikmati, akan tetapi justeru utang terus semakin menumpuk, menghisap seluruh jerih payah bangsa kita.


Tekor banget

Sekarang utang Indonesia menggila. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan tahun 2005 (saat awal SBY berkuasa) surat utang negara (SUN) Indonesia senilai Rp. 399,839 Triliun. Hingga desember 2012 SUN Indonesia senilai Rp. 684,618 triliun. Selanjutnya sampai dengan bulan September 2013 SUN telah bertambah mencapai Rp. 855,170 triliun.

Dalam tahun 2013 ini SBY berencana meciptakan utang sebesar Rp. 300 triliun. Dalam bulan-bulan terahir pemerintahannya SBY tampaknya semakin giat berhutang. Dengan terealisasinya SUN 2013 maka nilainya telah mendekati Rp. 1000 triliun (Daeng, 24 0kt 13).

Data Bank Indonesia menyantumkan total pembayaran pokok dan bunga utang pemerintah sepanjang 2013 sebesar US$ 8,98 miliar Rp.  atau sekitar Rp. 103,27 triliun (kurs 11.500/USD), dengan rincian pokok sebesar US$ 5,769 miliar dan bunga utang sebesar US$ 3,21 miliar (lihat Daeng, 25 Okt. 13).

http://m.indonesiafinancetoday.com/read/50717/Pembayaran-Utang-Luar-Negeri-Diprediksi-Sesuai-Target

Sekitar 32,12 miliar dolar AS atau senilai Rp. Rp 369,38 triliun (Kurs Rp. 11500/USD) akan mengalami jatuh tempo sepanjang satu tahun. Dari total utang jatuh tempo tersebut, sebesar 24,177 miliar dolar AS harus dibayarkan pada Juni hingga Desember tahun ini.

http://m.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/07/26/mqi74g-risiko-gagal-bayar-besar

Sementara defisit transaksi berjalan mencapai $9,8 miliar pada periode April-Juni 2013. Jika tidak ada perbaikan yang berarti maka defisit transaksi berjalan dapat mencapai USD 19,6 miliar atau Rp. 225,40 triliun (Kurs 11500/USD). Sumbangan terbesar dari defisit adalah impor migas, disusul impor bahan baku industri dan impor pangan.

http://www.analisadaily.com/mobile/pages/news/54075/rupiah-dan-lindung-nilai-bumn

Sebaliknya, alamak.., aliran keuntungan perusahaan asing yang dikirim ke luar negeri semester I 2013 mencapai USD 8,1 miliar atau sekitar USD 16,2 miliar setahun. Dengan demikian total keuntungan yang dikirim ke luar negeri mencapai Rp. 186,3 triliun. Alamak (lagi).

Imperialisme mengirimkan mesin dan kapal keruk atas nama "investasi". Kerakusan akan bahan mentah, didorong dengan iming-iming pertumbuhan ekonomi hingga modal asing bertumpuk-tumpuk di wilayah Nusantara ini, hingga perusahaan-perusahaan asing semakin jamur di musim hujan dan pengerukan kekayaan alam telah membuat lubang-lubang tambang migas, mineral, batubara, bagaikan sarang tikus, hutan-hutan berubah menjadi lahan tandus, bahkan gunung-gunung yang mengandung mineral hilang satu demi satu.

Imperialisme mengirimkan barang-barang impor atas nama "perdagangan internasional, perjanjian kemitraan", hingga seluruh kebutuhan pangan, kebutuhan konsumsi, kebutuhan bahan baku industri, pembangunan infrastruktur dipenuhi barang-barang impor. Saat yang sama pertanian, industri nasional, perusahaan negara mengalami penghancuran sistematis..

Pada sisi lain, terdapat proyek reformasi, mengubah konstitusi, mengubah tujuan negara, menerapkan demokrasi liberal, demokrasi 50% + 1, membentuk otonomi daerah. Semua proyek reformasi tersebut mengatasnamakan demokrasi, hak azasi manusia (HAM), individualisme. Hasilnya?

Hancurnya sistem bernegara, hilangnya lembaga tertinggi negara, lenyapnya haluaan negara,  hilangnya konsentrasi anggaran negara, hilangnya efektifitas dalam pengawasan keuangan negara, korupsi mewabah ke seluruh tingkatan birokrasi, terpecahnya elemen bangsa dalam serpihan-serpihan yang tidak berguna.

Seluruh hasil eksploitasi kekayaan rakyat  habis digunakan untuk membayar bunga utang, cicilan utang luar negeri baik utang pemerintah maupun swasta. Kekayaan alam dikeruk melampaui batas dikirim ke luar negeri dan seluruh keuntungan penanaman modal ditransfer kembali ke luar negeri. Upah dan daya beli rakyat habis digunakan untuk membayar mahal barang-barang impor yang diproduksi di luar negeri. Tidak ada setespun keuntungan yang diterima bangsa ini.

Seluruh hasil keringat rakyat yang dibayar melalui pajak habis digunakan untuk menyokong imperialisme, sisanya  menjadi lahan korupsi elite penguasa Presiden, DPR, Guburnur Bupati, DPRD, TNI/POLRI, Kejaksaan, untuk memperkaya diri dan keluarganya. Rakyat jatuh dalam kemiskinan dan penderitaan lahir batin. Peradaban bangsa jatuh ke tempat yang paling rendah di antara bangsa-bangsa.



Penjarahan SDA
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad maupun Busyro Moqqodas mengungkap data dan fakta terkait Praktek korupsi disetor dari SDA tambang dan migas.

Dikatakan bahwa setiap tahun rata-rata Rp 7.200 triliun lenyap dari sektor Migas dan Minerba karena korporasi yang mayoritas dikuasai asing, tidak membayarkan pajak dan royalti.

Bahkan Abrahan Samad lebih ekstrem menyebutkan angka Rp 2.000 triliun! (IMES 27 0kt. 13).

Langkah Kongkrit
Kami memandang bahwa jika KPK benar-benar serius atas pernyataan tersebut, apalagi sudah pernah ada penelitian Tim KPK, maka penting diterapkan dulu pada korporasi asing yang kakap.

Kongkritnya, untuk tambang bisa dimulai dengan usut PT Freeport Indonesia , PT Vale Indonesia (dahulu INCO), PT Newmont Minahasa Raya.

Adapun untuk migas bisa dimulai dari Chevron dan ExxonMobil.

Sindikasi korporasi di atas mayoritas  milik Amerika Serikat. Kecuali Vale Indonesia.

Penyidikan atas tindak korupsi sindikasi korporasi asing ini bisa dimulai dari periksa pajak dan royalti mereka selama ini. Lalu praktek penghancuran ekologi.

Pengadilan Tipikor ke depan, mestinya dipenuhi dengan agenda pengadilan atas pimpinan (CEO) korporasi ini. Deliknya kejahatan korporasi.

Ingat, Rp 2.000 triliun itu dari potensi sektor tambang dan migas yang hilang itu, jauh lebih besar dari APBN yang rata-rata Rp 1.600 triliun.
(Erwin Usman, Indonesia Mining and Energy Studies-IMES 27 0kt. 13)


Pe-Er Pemuda
Adalah tanggung jawab pemuda semakin besar. Sadarilah, imperialisme telah menjalin persekutuan sangat kuat dengan elite politik tua dan elite korup. Para penghianat bangsa menempel bagaikan menggunakan "lem tikus" dalam ketiak imperialisme. Menyadarkan elite tua dan elite penghianaat yang korup akan menimbulkan sobekan berdarah. Satu-satunya jalan adalah persatuan pemuda guna mengahiri dominasi imperialisme dan menyapu bersih elite tua penghinat dan elite korup.

Bagi Kristiani, khususnya pemuda mulailah kikis habis paham penguasaan bumi yang sudah dilakukan kaum kapitalis global dengan bendera etika ataupun doktrin Kristiani: "taklukkanlah bumi dan berkuasalah". (Kejadian 1:27-28). Pandangan itu disebut antroposentrisme, yang kerena kesadaran baru, maka pandangan/ paham itu sudah harus diakhiri.

Ingat saja Lynn White (1967) yang menuduh bahwa ‘Konsep Kristen’ ini telah mendasari munculnya kerusakan alam karena kapitalisme dan eksploitasi alam secara habis-habisan. Jangan pula hanya berharap akan penyiptaan  langit dan bumi yang baru sebagai puncak dari karya Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus (Wahyu 21:1) tetapi terus saja mengeksploitasi bumi yang sudah ada.

Ingatlah munculnya ekosentrisme yang  dipancang sejak Konvensi Rio di tahun 1992 silam. Sebaliknya ingat dan praktekkan Perintah Tuhan (Teosentrime) dengan mengacu kepada pertanyaan bagaimana umat Tuhan harus bersikap terhadap alam: alam, dalam hal ini tanah, tidak boleh diperlakukan tidak sewenang-wenang, dan diperas sampai batas terakhir kemampuannya, demi keuntungan manusia. Alasan dari hal ini adalah sederhana; walaupun Allah telah memberikan mandat kepada manusia untuk berkuasa atas bumi dan isinya sebagai wakil Allah (Kej.1:27-28), tetapi tanah tetap saja adalah milik Allah (Im. 25:23; lihat juga I'm 25:2-4; Im 26:34,35,43 dan Keluaran 23:10-11).

Ingat juga doa yang diajarkan Yesus “Kita dapat memanfaatkan alam untuk keperluan manusia tetapi Allah juga menginginkan kita mencukupkan diri dengan berkat yang kita miliki serta menjaga kelestarian alam.” Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk  meminta “hari ini makanan ... yang secukupnya.” Hal ini menunjukkan adanya batasan Allah untuk manusia mengeksploitasi alam. Bahkan Firman Tuhan dalam 1 Timotius mengatakan: “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, ....”


¤

Ada titipan dari rekan:
Fwd

SUMPAH PEMUDA :
Kami putera/puteri Indonesia berjanji akan konsisten hanya konsumsi #buahlokal demi kesehatan rakyat kami, kemandirian bangsa kami, dan kesejahteraan petani kami.
Jakarta, 28 Oktober 2013


Itu titipan rekan, dan bayangkan: Impor buah dan sayur segar Januari - September 2013 sdh melebihi Rp 10 trilyun... Cik, cik, cik..!

Akhir kata: Esuk 'dele, sore tempe..! [Hadeeh... Kapan, ya, kedaulatan benih kedelai? Usulan sejak akhir Juli lalu ke GKI Serang tak ada kabarnya).
~> :( buat #sonifebrianto@gmail.com]
















Silahkan sebar/ broadcast







Powered by Telkomsel BlackBerry®





---o0o---

Tidak ada komentar:

Arsip Blog